Custom Search

Thursday, December 16, 2010

Desember Kelabu



Hujan yang turun
Mengguyur  tadi
tak mampu basahi hatiku
yang kering karena duka
Sepertinya ada kemarau panjang di hatiku

Satu persatu godaan itu muncul
Menghantam sendi-sendi kehidupanku
Atap kehidupanku dihujani abu kesedihan
Pintu dan jendela kehidupanku diterpa angin cobaan

Ketika jemari tidak sanggup untuk menggenggam
Ketika peluk hanya melingkar di ruang kosong
Hanya lengang kehilangan
Dan kesendirian yang membisu

Gemuruh dadaku makin menyiksa
Bagai gelegar suara petir disana
Aku coba bertahan walau terasa sesak
Makin sesak ketika kutemukan namamu

Perlahan menetes air dipipi kananku
Desemberku yang kelabu
Yang penuh haru biru
Kini bungkam dalam catatanku

Sudut kamar di RS Bhakti Rahayu....14 Desember 2010...

Friday, December 3, 2010

Pencerahan Dalam Perjalanan



Selamat datang di rumah pencerahan. Sebuah rumah yang diharapkan bisa menyebarkan cahaya terang kesembuhan, kedamaian, kebaikan dan keheningan ke mana-mana. Sebagaimana kita lihat dengan mata telanjang, cahaya terbesar yang memancar dari langit bernama matahari. Dan bila ia memancar, tidak semua mahluk membuka dirinya untuk diterangi. Matahari hanya bisa menerangi mereka yang membuka jendela dan pintunya. Demikian juga guru dan ajaran-ajaran pencerahan. Ia hanya bisa menerangi batin yang “jendelanya” dibuka. Itu sebabnya, sangat disarankan bagi para murid untuk hormat, sujud dan bakti di depan guru. Karena melalui bakti inilah jendela batin sedang dibuka, sehingga cahaya guru bisa masuk menerangi.


Guru pencerahan
Kadang  ada  sahabat  yang  datang  dengan  penuh   keraguan kemudian bertanya: apakah Anda sudah tercerahkan sampai berani-beraninya mengajarkan pencerahan? Meminjam pengalaman para tetua di Tantra, ada 3 jenis guru pencerahan. Pertama, guru tipe raja. Kedua, guru yang menyerupai kapten kapal. Ketiga, guru yang belajar menjadi penggembala domba.
Dalam tipe raja, seseorang hanya boleh mengajarkan pencerahan bila sudah tercerahkan. Namun dalam kelompok guru kapten kapal lain lagi. Guru dan murid sama-sama menaiki kapal yang sama. Nanti ketika sampai di seberang, keduanya mengalami pencerahan secara bersamaan. Dan dalam kelompok guru penggembala domba, yakin dulu dombanya sudah bisa makan secara aman nyaman, baru kemudian penggembalanya boleh makan. Artinya, murid yang mengalami pencerahan dulu, kemudian baru gurunya boleh terbang ke alam pencerahan.
Dengan kata lain, tidak selalu harus tercerahkan dulu baru boleh mengajarkan pencerahan. Penggembala domba tampaknya paling mulya. Ia tidak memikirkan pencerahan dirinya sendiri. Hanya membimbing, membimbing dan membimbing orang lain. Setelah tugasnya selesai, kemudian ia baru boleh memikirkan terbang ke alam pencerahan.

Pencerahan: Tujuan versus Perjalanan
Ada orang yang memandang pencerahan sebagai tujuan. Ia serupa dengan perjalanan panjang yang berat, susah dan jauh. Setelah melewati berbagai rintangan dan cobaan, kemudian ada kemungkinan terbukanya pintu pencerahan.
Dalam klasifikasi pencerahan sebagai tujuan, ada berbagai macam tanda dan ciri-ciri pencapaian meditasi. Dan tentu saja semua layak dihormati. Bagusnya tanda-tanda ini, ia bisa menjadi semacam pedoman perjalanan bagi banyak orang. Bahayanya tanda-tanda, ia bisa menjadi jebakan yang mencelakakan.    Terutama     karena    di   tingkatan   tertentu,
pencerahan dan pembebasan sesungguhnya tanpa kerangka, tanpa kriteria apa lagi konsep.
Namun untuk memenuhi dahaga sekelompok pencari yang memerlukan tanda-tanda (pencerahan sebagai tujuan), sejumlah guru Tantra (sebagai contoh Tulku  Urgyen Rinpoche) kerap menyebut 3 jenis pencerahan sebagai tujuan. Pertama, pencerahan dalam hidup ini. Ia ditandai oleh sudah berjumpanya seseorang dengan  3 jenis samadhi (konsentrasi). Dari  samadhi of suchness (semua terlihat sempurna apa adanya), samadhi of illumination (semua kegelapan kebingungan mengalami keruntuhan menyisakan kehidupan yang terang benderang), serta samadhi of seed syllable (seseorang sudah mendengar, melihat dan meletakkan aksara suci di dalam batinnya).
Kedua, pencerahan di waktu kematian.  Setelah menjalankan praktek kesadaran yang dalam dan panjang, orang-orang jenis ini nasibnya serupa anak burung garuda. Kematian seperti pecahnya telur, begitu telurnya pecah langsung terbang ke alam pencerahan. Tentu saja ini hanya mungkin terjadi bila seseorang sudah melakukan persiapan latihan meditasi  panjang dalam hidupnya.
Ketiga,  bila  pencerahan  tidak  terjadi  dalam  hidup  ini atau di waktu kematian, ia masih mungkin terjadi  di alam bardo (waktu antara kematian dan kelahiran kembali). Di alam bardo, semua yang terjadi hanya pancaran batin seseorang, sehingga tidak perlu takut berlebihan, atau gembira berlebihan. Semuanya hanya serangkaian fenomena yang muncul lenyap. Ia yang sudah terbiasa tenang, seimbang, mencapai pandangan terang dalam meditasi, momen ini menjadi semacam ‘pertempuran’ terakhir untuk mencapai pencerahan.
Sebagai bekal penting mengalami pencerahan di waktu kematian dan alam bardo, mempraktekkan kesadaran waktu terjaga lebih mudah dibandingkan dengan praktek kesadaran dalam mimpi. Praktek kesadaran dalam mimpi lebih mudah dibandingkan dengan praktek kesadaran di waktu kematian dan alam bardo. Terutama karena kualitas godaan ketika kematian maupun di alam bardo jauh lebih tinggi. Dengan demikian, tidak ada pilihan lain terkecuali segera mempraktekkan kesadaran. Praktek kesadaran yang kuat ketika terjaga menjadi modal untuk melakukan praktek kesadaran dalam mimpi. Keseimbangan kesadaran dalam mimpi inilah kemudian yang menjadi modal untuk praktek kesadaran ketika memasuki kematian maupun alam bardo. Makanya ada guru yang berpesan, mimpi adalah saudara kembarnya mati.
Disamping pencerahan sebagai tujuan, pencerahan juga mungkin ditemukan dalam setiap perjalanan kekinian. Ada yang menyebutnya sebagai pencerahan-pencerahan kecil. Bila dikumpulkan bisa menjadi modal untuk mencapai pencerahan besar sebagaimana penjelasan pencerahan sebagai tujuan.
Dalam kelompok pencerahan sebagai perjalanan, juga tersedia 3 ciri yang layak direnungkan. Pertama, senantiasa belajar untuk   memandang secara mendalam (semua mau bahagia, semua tidak mau menderita sehingga disarankan untuk banyak menyayangi, bila tidak bisa menyayangi cukup tidak menyakiti). Kedua, melakukan semua langkah keseharian dengan penuh kesadaran (lihat pintu belakang yang berjudul Cerah Dalam Tiap Langkah). Ketiga, apa pun yang terjadi dalam keseharian, semua hanya gelombang yang naik turun. Seperti gelombang samudera, ada gelombang besar ada gelombang kecil. Baik yang besar maupun kecil pada waktunya akan merunduk rendah hati mencium bibir pantai yang bernama kematian. Dan kematian, ia bukan perpisahan, melainkan arus balik memeluk kembali samudera pencerahan.
Siapa saja yang sudah menyatukan keseharian dengan meditasi (mingling life with meditation), akan mengerti pesan seorang guru: Enlightenment is so close, that’s why people don’t see it. Enlightenment is so simple that’s why people don’t believe it. Pencerahan sesungguhnya sangat dekat. Namun seperti buku, karena terlalu dekat orang tidak bisa membacanya. Pencerahan sebenarnya amat sederhana, namun karena pikiran menyukai kerumitan, maka orang pun tidak mempercayainya.
Tatkala cahaya pencerahan menyala, terlihat terang benderang bahwa apa yang selama ini dicari-cari dan ditakuti ternyata hanya mimpi. Dan Anda pun tersenyum karena pernah lama dicengkeram mimpi.

Merenda Tujuan dan Perjalanan
Kendati kedua pendekatan pencerahan sebagai tujuan dan perjalanan ini terlihat berbeda, namun ada benang merah yang bisa menyatukan keduanya. Keduanya sama-sama menggarisbawahi the awakened mind (batin yang sudah bangun dari tidur panjang seolah-olah gonjang-ganjing pikiran itulah kehidupan), dan hasil langsung dari batin yang sudah terbangunkan adalah the infinite compassion (kasih sayang tidak terbatas kepada semua mahluk).
Dalam bahasa yang lebih terang, keheningan (the awakened mind) yang tidak dipeluk kasih sayang tidak pernah diajarkan sebagai jalan pencerahan. Di jalan pencerahan, keheningan baru sempurna bila diisi dengan kasih sayang. Kasih sayang baru sempurna jika dilakukan dalam keheningan (baca: tanpa keakuan)**).
Sebagai akibatnya, setiap langkah keseharian (dari mandi, makan pagi, kerja, berdoa sampai dimaki orang) yang diterangi oleh kesadaran sekaligus kasih sayang, ia menjadi langkah-langkah pencerahan.
Pertama-tama, dalam kesadaran mendalam terlihat jelas bahwa gonjang-gonjing kehidupan (naik-turun, sukses-gagal, sehat-sakit) hanyalah putaran alamiah. Ia sesederhana malam yang berganti siang. Melawan putaran kehidupan, itulah penderitaan. Mengalir sempurna dengan putaran kehidupan, itulah pencerahan.
Begitu cahaya pencerahan muncul, semua hal yang membuat manusia menderita (ketakutan, keraguan, kekhawatiran), mirip dengan tali di tengah kegelapan. Karena gelap, kemudian rasa takut akan ular muncul. Begitu cahaya lampu dinyalakan, ketakutan menghilang. Itu sebabnya, salah satu lambang pencerahan adalah singa karena tidak memiliki rasa takut. Termasuk tidak takut akan kematian.
Uniknya, dalam terang cahaya pencerahan (di mana terlihat jelas semuanya hanya serangkaian saling ketergantungan sempurna yang kerap disebut kosong), keakuan (ego) sebagai sumber penderitaan lenyap, sekaligus memunculkan rasa lapar untuk senantiasa menyayangi. Bukan menyayangi karena ingin disebut suci, bukan menyayangi karena lapar dengan sebutan baik. Sekali lagi bukan!. Namun karena sifat alami mahluk tercerahkan itu penyayang.
Ia sesederhana kambing dan serigala. Bila kambing dikasi daging, secara alami ia menolak. Tanpa mencaci bahwa vegetarian itu baik, makan daging itu dosa. Jika serigala diberi rumput,   secara   alami  ia    menghindar.  Tanpa  mengumpat bahwa vegetarian itu bodoh, makan daging itu enak. Mahluk tercerahkan juga serupa, ia menyayangi bukan karena takut neraka serta serakah sama surga. Namun seperti halnya kambing dan serigala, sifat alami mahluk tercerahkan memang penuh kasih sayang.

Berbagai jalan tersedia
Sebagaimana perjalanan ke puncak gunung, ada berbagai jalan dan arah yang tersedia. Dan buku ini menyediakan dua jalan alternatif : pertama, mingling life with meditation (menyatukan kehidupan dengan meditasi) sebagaimana dicontohkan dalam bab pertama pintu belakang berjudul ”Cerah Dalam Tiap Langkah”. Kedua, melakukan Guru yoga dan Guru puja  (lihat tulisan Guru yoga Guru puja di bab kedua pintu belakang). YM Thich Nhat Hanh ( dalam Present Moment Wonderful Moment) mengikuti jalan pertama, guru-guru Tantra seperti HH Dalai Lama melakoni jalan kedua. Dan Anda pun bebas memilih jalan mana, termasuk memilih jalan di luar kedua pilihan yang disarankan buku ini.
Jalan mana pun yang ditempuh, agak sulit membayangkan - kalau tidak mau dikatakan tidak mungkin - ada langkah menuju pencerahan tanpa meditasi. Untuk itulah, buku ini ditutup dengan tulisan ringkas berjudul “Meditasi: Kesembuhan, Kedamaian, Keheningan”.
Dan sebagai pedoman dalam mencari guru meditasi, sekaligus menjadi bahan untuk melihat ciri mahluk tercerahkan, dalam tradisi tua Tantra ada empat ciri mahluk tercerahkan: pacifying (ajaran dan kesehariannya menenangkan, menentramkan, mendamaikan), enriching (memperkaya wawasan dan pemahaman), magnetizing (menjadi magnet yang menarik banyak  manusia untuk berbuat baik, berbagi kasih sayang, berlatih meditasi), subjugating (bila harus menaklukkan orang lain, ia menaklukkannya dengan kasih sayang).

Dikutip dari Gede Prama  www.gedeprama.blogdetik.com

Tuesday, November 16, 2010

Selamat Ulang Tahun

Dikeramaian waktu
Rotasi hidupmu
Pecahan emosi
Tertuang kembali membias restunya

      Seutas bahagiaku
      Cerminan tatanan cinta
      Seolah terisolasi
      Ditempurung janji Sangkar Bakti

 Sebait nada - nadaku Bercak cinta tulus suciku
 Kupersembahkan hanya untukmu

      Selamat ulang tahun
      Dandani hadirnya masa remaja
      Semoga panjang umur
      Beri arti jejak langkah mudamu

 Petuah bijak tersedia
 Rangkum dalam jiwa
 Seberkas masa lalu
 Berita progresmu
 Kelopak masa depan

      Sebait nada - nadaku Bercak cinta tulus suciku
      Kupersembahkan hanya untukmu

by Dewa 19

Sunday, October 10, 2010

Terpuruk Ku Disini

Setetes embun di daun lamban bergulir
Ketika jatuh ke tanah terserap musnah
Begitupun hatiku diayun bimbang jawabmu
Terhempas dan hampa tak terkira
 
Mentari tersaput mega enggan bersinar
Menusuk angin ke raga jiwa gemetar
Terpuruk ku disini di peluk bimbang sikapmu
Membeku dan sara tak terkira........
Tak terkira
 
Adalah kau tuangkan cinta ke dalam tungku yang tengah panas menyala
Adalah kau padamkan bara tatkala hangat mulai membuai jiwa
Terhempas bimbang sikapmu
Terpuruk ku disini
Di pelukanbimbang jawabmu
Membeku dan sara tak terkira......
 
Adalah kau tuangkan cinta ke dalam tungku yang tengah panas menyala
Adalah kau padamkan bara tatkala hangat mulai membuai jiwa
Terhempas bimbang sikapmu
Menggigil palung hati
Di pelukan bimbang jawabmu
Terpuruk ku disini
Dihempas bimbang sikapmu
Membeku dan sara tak terkira
dedicated to yang lagi terpuruk  by KLA PROJECT

 

Monday, September 6, 2010

Jangan Menyerah

Bersyukur
Tak ada manusia
yang terlahir sempurna
jangan kau sesali
segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah
dapatkan cobaan yang berat
seakan hidup ini
tak ada artinya lagi

Syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik

Tuhan pasti kan menunjukkan
kebesaran dan kuasaNya
bagi hambanya yang sabar
dan tak kenal putus asa

by the massive 

Wednesday, August 25, 2010

Disewakan Villa di daerah Seminyak, Bali

Disewakan villa di Bali di daerah Kunti Seminyak, 2 kamar tidur, 2 kamar mandi,  dapur, full AC, Kolam Renang, suasana sangat nyaman dan tenang cocok bagi anda yang membutuhkan suasana privasi, minimal sewa 1 tahun. Jika berminat Hubungi langsung pemilik villa di no Hp 081338531888 atau email ke kodemadeng@yahoo.com.

Privat Villa

Bed Room

Open Living Room


Front Villa

Monday, August 23, 2010

Pantai Batu Belig

Sunset di Pantai Batu Belig
Pantai Batu Belig

Disekeliling tepi Bali...
Sepertinya punya keindahan sendiri...
Terlebih ketika padamnya hari...

Mungkin kita berpikir...
Bahwa senja dimana-mana sama saja...
Tapi tidak disini...

Setiap penggal garis pantai Bali...
Punya daya tariknya sendiri
Di Pantai Batu Belig...
Sejumlah orang terlihat mengiringi senja dengan bermain bola
Ada yang berlari-lari kecil ditemani si anjing kesayangan
Adalagi yang berusaha menghiasi langit dengan layang-layang buatan sendiri
Tak sedikit yang sendirian duduk dengan tekun menatap sang matahari senja
Banyak juga yang bergandeng tangan dengan yang disayangi

Cuaca cerah membuat kita semakin terlena
Menikmati indahnya Pantai Batu Belig
Alangkah indahnya pemandangan
Dikala matahari meninggalkan kita
Sayapun bergandeng tangan
Dengan orang yang saya sayangi
Pantai Batu Belig memang punya kenangan tersendiri

Mengelilingi tepi Bali di sore hari
Terutama di saat-saat cuaca seperti ini
Punya dramatisasi tersendiri


Texsport Calypso Cabana Beach ShelterPantai Batu Belig 17 Agustus 2010

Monday, July 12, 2010

Kode Smiley untuk Chating di Facebook

Kode Smiley untuk Chating di Facebook

Spanyol akhirnya menjadi juara dunia sepakbola 2010 dengan mengalahkan Belanda 1 - 0
di babak final. Saya sebenarnya menjagokan Belanda untuk menjadi juara dunia, tapi apa daya Belanda akhirnya kalah lewat gol Spanyol di babak perpanjangan waktu.
Pertandingan final kemarin lumayan seru seperti serunya kita kalo lagi chating di Facebook. Apalagi kalo kita tahu kode-kode smiley untuk chating di Facebook, saya rasa tidak semua pengguna facebook tahu kode-kode smiley tersebut makanya saya berikan informasi tentang kode smiley di facebook. Kode ini hampir sama dengan kalau kita chat di YM, tapi kodenya tidak sebanyak di YM, tetapi lumayanlah untuk menambah variasi chating kita.
Berikut kode-kode smiley yang bisa anda coba jika chat di facebook :

Selamat mencoba dan ingat waktu kalau lagi chat, semoga bermanfaat....

Thursday, July 8, 2010

Bola Dari Sisi Spiritual

Bola Dari Sisi Spiritual

Sekarang lagi berlangsungnya perhelatan sepak bola Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, diseluruh pelosok dunia lagi hangat-hangatnya membicarakan tentang bola. Termasuk juga di Indonesia.
Bahkan di Bali, bendera para peserta piala dunia berkibar dimana-mana mengalahkan perayaan hari proklamasi kita yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.
Ternyata bola itu ada falsafahnya juga,dari sisi spiritual bola juga ada maknanya, ini saya kutip dari Facebooknya Berkas Cahaya Kesadaran isinya :

Seorang siswa bertanya kepada Guru-nya: “Guru...mengapa orang-orang sedemikian menggandrungi sepak-bola?”

“Ada dua sebab utama anakku...”, jawab Sang Guru, “yang pertama adalah karena bola itu bundar, dan yang kedua adalah bola tidak pernah memprotes walau terus-menerus disepak-sepak, diinjak-injak serta disundul-sundul”.
Sesuatu yang bundar akan tetap terlihat sama darimanapun kita melihatnya. Sesuatu yang bundar, sebetulnya tidak punya sisi atas pun bawah, depan pun belakang, kiri pun kanan, sejauh ia tetap sama dari semua sisi, dari semua sudut pandang. Disamping ini tidak akan mengundang persepsi keliru terhadapnya, bentuk bundar atau bulat juga menimbulkan kesan utuh, konservasi energi dan keseimbangan. Kalau bentuk-bentuk persegi —yang bersudut runcing— memboroskan energi lewat sudut-sudut runcingnya itu, maka yang bundar atau bulat tidak. Alih-alih memboroskan energi, ia malah mengkonservasi energi.

Bola juga bisa bertumpu dengan seimbang, dengan mantap, pada sembarang sisinya ,sesuatu yang tidak mungkin ditemui pada bentuk-bentuk persegi. Ini menyimbulkan keseimbangan yang mantap sekaligus dinamis karena mudah bergerak, nyaris tanpa gesekan yang berarti dengan bidang tempat ia bergerak. Ia tidak-pernah-tidak bergerak menuju titik-titik ‘keseimbangan temporer’-nya itu.

Ya ...bola yang bundar itu juga menyimbulkan kesabaran dan keadilan luar biasa. Seperti kata Sang Guru itu, “....bola tidak pernah memprotes walaupun terus-menerus disepak-sepak, diinjak-injak dan disundul-sundul”. Dimanapun ia ditempatkan, apakah di telapak kaki, di bawah kaki, atau di atas kepala sekalipun, ia bisa tetap seimbang tanpa mengurangi kemampuannya untuk bergerak bebas dengan mudah, sangat “mobile” namun tetap stabil.
Daripadanya ... kita sebetulnya bisa menjadikan bola atau bentuk bundar itu, sebagai simbul seorang yogi, seorang penekun di jalan spiritual yang telah mencapai kesempurnaannya. Beliau bisa penuh energi, bisa sangat dinamis, namun tetap seimbang dan stabil karena penuh kesadaran, kesabaran juga adil.

Wednesday, July 7, 2010

Photo Kompak

Kompak

Photo ini diambil ketika di desaku Tista, Karangasem, Bali ada acara melaspas dan ngenteg linggih di Pura Ibu Dadia Kawitan Pulasari.
Karena saking lelahnya mengikuti prosesi upacara yang berlangsung berhari-hari keduanya tertidur dengan nyenyaknya tanpa memperdulikan lingkungan sekitarnya, padahal suara gambelan lagi keras-kerasnya.
Begitulah nikmatnya tidur tanpa mengenal ruang dan waktu, bisa dimana saja.

Semoga anda mendapatkan tidur yang berkualitas

Sang Pemimpi

Sang Pemimpi

Biarkan sadarku melayang menyusuri dunia diatas angan...
menyentuh semua sudut-sudut mimpiku yg tertinggal...

walau banyak godaan dan hinaan yg kau dapat....
tapi dalam godaan & hinaan tersebut tersirat suatu misteri...
yang harus kau ungkapkan....

kuatkan diri dan janganlah kau ragu
takkan ada yg hentikan langkahmu
takkan ada yg tak mungkin bila kita yakin
pastilah engkau dapati.....
Semoga......

Tulamben, Bali , Januari 2010...