Kemana hujan pergi hari ini
Sejenak menggoda bumi pada siang yang gerah
Lalu hilang saat malam menjelang
Ke mana aku harus pergi
Tak ada lagi yang aku bela dalam perjalanan ini
Kukumpulkan semua rindu dan cinta untuk bangkit lagi
Dalam barisan doa aku rebah, pasrah dan belajar ikhlas
Menerima kenyataan yang manis ini
Seperti kemarau yang menanti hujan
Kutunggu kabarmu yang masih diam
Aku hanya bisa mengucap doa
Agar kau tak pernah kurang
Selalu tersenyum bahagia
Walaupun bahagiamu bukan untukku
Seperti tsunami di Jepang begitulah tsunami hatiku
Porak poranda, luluh lantah, hancur lebur, berantakan, benyah latig
Malam ini menjadi saksi bisu akan kebodohanku
Dalam photo itu kulihat senyummu begitu bahagia dipeluknya
Semua telah terkurung di ruang pengharapanku
Berisi namamu serta berjuta kenangan yang hadir
Biarlah itu menjadi luka yang telah menorehkan kesedihan
Segalanya telah tertebas waktu
Aku masih terbunuh sepi yang membisu
Semoga waktu bisa menyembuhkan tsunami hatiku
Tetaplah bersamaku, Ya Tuhan
Mungkin ini jejak yang harus kutapaki
Walaupun masih samar terkurung gulungan misteri
Dini hari di Pura Sada, 14 Maret 2011
No comments:
Post a Comment